Selasa, 01 September 2015

Tindakan yang Mengalahkan Kekuatiran (Markus 10:26-52)


Markus 10:46-52

"Tindakan yang Mengalahkan Keterbatasan"

Banyak hal yang menghambat kita untuk dapat hidup mengalami keberkatan Tuhan. Terkadang kita bukan mencari kepada sumber pemberi berkat, melainkan kita mencari berkat dalam gereja. hal inilah yang mempengaruhi menghambat kekristenan kita untuk bertumbuh. Ada beberapa hal penting yang dapat kita pelajari dari Bartimeus.
Yesus menyembuhkan Bartimeus
10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. 10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret,  mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" 10:48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" 10:49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." 10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. 10:51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" 10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan  engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.


I.                   Berseruh dengan Tidak Putus Asa

Keterbatasan fisik tidak membuat Bartimeus putus asa dalam mersponi kedatangan Tuhan waktu itu. Bartimeus tidak menggunakan mata untuk melihat Yesus, dia menggunakan telinga untuk mendengar seruan orang banyak yang datang kepada Yesus pada waktu itu. Tidak putus asa, melainkan semakin terus dia berseruh “anak Daud kasihanilah” seruan yang memberikan sebuah gambaran bahwwa Bartimeus tahu tentang Yesus dalam garus keturunan. Ada tafsiran lain mengatakan bahwa Bartimeus mungkin punya persekutuan dengan Tuhan lewat hatinya. Yang memungkinkan dia berseruh “anak Daud”. Ia tidak melihat manusia yang banyak yang menyuruh berhenti berteriak, melainkan ia semakin keras kata Alkitab. Inilah sikap yang merebut perhatian Yesus pada waktu itu. Yang luar biasanya lagi adalah dia meminta apa yang dibutuhkan.

            Terkadang kita ada dalam posisi yang sebaliknya. Kita lebih takut kepada manusia, perkataan manusia dan tindakan manusia. Iman kita terkadang bergantung pada situasi dan kondisi yang ada disekitar kita. Sehingga membuat kita mengalami keputusasaan. Karena doa yang tidak bisa terjawab oleh waktu yang kita mau, kita menyerah dan putus asa serta bahkan meninggalkan Tuhan.

II.                Menanggalkan Jubahnya

“menanggalkan Jubah” sebuah symbol yang memberikan gambaran bahwa Bartimeus tidak lagi focus kepada kebiasaan lama, status yang lama. Dalam sebuah tafsiran lain mengatakan bahwa, jika suatu saat jubah/bajunya tertinggal orang pasti ingat bahwa itu punya Bartimeus, karena baju merupakan salah satu status atau simbolisasi pengenalan orang kepadanya. Namun berbeda ketika dia berjumpah dengan Tuhan, dan meresponi kehadiran Tuhan. Kata Alkitab ia menanggalkan jubahnya sebuah sikap yang luar biasa yang Bartimeus ambil untuk menyatakan bahwa ia meninggalkan kebiasaannya yang lama dan profesinya sebagai seorang pengemis yang buta.

            Terkadang kita sedang berada dalam posisi yang masih menggunakan manusia lama, kalau bartimeus “symbol profesi” kepada kita “symbol karakter” yang masih kita bawah-bawah. Menjadi Kristen memanglah mudah dan terlalu gampang tetapi mengikut Kristus itu mahal. Anugerah itu gratis, namun bukan murahan. Terkadang kita berbangga dengan status Kristen, tetapi kita lupa syarat mengikut Tuhan. Lewat kisah Bartimeus kita belajar untuk punya komitmen memperbaharui nila-nilai kekristenan kita dengan menjadi manusia baru, manusia yang siap bertumbuh dan menghasilkan buah. Karena kata Tuhan, diluar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak dapat berbuah. Salah satu ciri seseorang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, hidupnya berubah tidak lagi manusia yang lama, tidak lagi hidup di dalam dosa dan memiliki perbuatan baik.

III.             Mengikut Yesus

Bartimeus tidak lupa diri, tidak terbuai dengan mujizat, tidak hilang focus pada kesembuhan yang ia terima dari Tuhan. Namun sebaliknya ia mengikut Tuhan. Bisa saja dia pergi meninggalak Yesus karena desakan orang banyak yang berbondong-bondong pada waktu itu, bisa saja dia bertemu dengan ayahnya Timeus yang Alkitab catat sebagai salah satu pribadi yang terdekat dengan Bartimeus. Namun sekali lagi tidak! Ia memilih mengikut Tuhan. Sebuah apresiasi yang Penulis cantumkan bahwa ending dari kisah perjumpaan Bartimeus dengan Tuhan adalah ia mau ikut Tuhan bukan Yesus yang memanggil, karena Yesus pun berkata kepadanya, pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau, namun ia memilih ikut Tuhan.

Akhir dari semua keberhasilan dan jawaban doa serta semua pertolongan Tuhan adalah, “mengikut Tuhan” ikut Tuhan dan tetap setia mengiring dia adalah kerinduan Tuhan. Kadang kita terbuai dengan berkat, mujizat dan lupa dengan komitmen akhir mengikut Tuhan.


Semua yang kita lakukan, semua yang kita nikmati harus berakhir pada tingkat ini. Ikut Yesus itu keputusan kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar